Metrogaya - Sejak Dennis Tito berhasil pelesir ke luar angkasa pada 2001, banyak tokoh dunia yang iri dan ingin mengikuti jejak warga negara Amerika Serikat itu menjadi turis antariksa.
Penerbangan antariksa dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama dua kosmonot Rusia itu berhasil membuat pria 59 tahun tersebut berada di orbit bumi selama sepuluh hari. Ahli fisika dalam bidang rekayasa antariksa ini harus membayar US$ 25 juta atau sekitar Rp 227 miliar untuk bisa terbang ke luar angkasa.
Bisnis wisata ke luar angkasa yang gurih itu memang selama ini "dimonopoli" Rusia. Itulah yang membuat sejumlah negara berlomba-lomba membuat pesawat yang dapat digunakan untuk berwisata ke antariksa. Selain Skylon (Inggris), baru-baru ini pabrik pesawat Boeing memperkenalkan "kapsul" yang akan membawa penumpangnya jalan-jalan di orbit bumi.
Pesawat kapsul itu merupakan pesawat antariksa tipe CST-100 yang dikembangkan Boeing untuk Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA). Penjualan tiket wisata orbit itu dilakukan dengan menggandeng perusahaan asal Virginia, Space Adventures.
Pesawat CST-100 mampu menampung tujuh penumpang dan meluncur hingga 100 kilometer di atas permukaan tanah, kemudian terbang di sepanjang orbit rendah bumi. Boeing menargetkan pesawat ini dapat digunakan untuk berwisata mulai 2015.
Sebuah perusahaan di California, XCOR Aerospace, ternyata juga tertarik akan bisnis wisata luar angkasa. Pada Maret lalu, perusahaan milik Jeff Greason itu meluncurkan pesawat roket yang bisa terbang ke suborbit sejauh lebih dari 59 kilometer di atas bumi. Roket yang diberi nama Lynx ini berukuran sebesar pesawat jet pribadi.
Penjelajahan luar angkasa tak hanya membuka peluang usaha untuk jasa transportasi, namun juga penginapan. Seorang miliarder mengucurkan dana sampai US$ 3 miliar untuk mewujudkan ambisinya: membuat hotel luar angkasa. Rencananya, pembangunan hotel yang diberi nama "Galactic Suite Space Resort" itu rampung pada 2012.
Untuk dapat menginap di hotel ini, para tamu harus membayar 3 juta euro atau sekitar Rp 42,2 miliar per tiga malam. Sebelum terbang ke luar angkasa, para tamu juga wajib mengikuti pelatihan selama dua bulan. (fajarithienks)
Penerbangan antariksa dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama dua kosmonot Rusia itu berhasil membuat pria 59 tahun tersebut berada di orbit bumi selama sepuluh hari. Ahli fisika dalam bidang rekayasa antariksa ini harus membayar US$ 25 juta atau sekitar Rp 227 miliar untuk bisa terbang ke luar angkasa.
Bisnis wisata ke luar angkasa yang gurih itu memang selama ini "dimonopoli" Rusia. Itulah yang membuat sejumlah negara berlomba-lomba membuat pesawat yang dapat digunakan untuk berwisata ke antariksa. Selain Skylon (Inggris), baru-baru ini pabrik pesawat Boeing memperkenalkan "kapsul" yang akan membawa penumpangnya jalan-jalan di orbit bumi.
Pesawat kapsul itu merupakan pesawat antariksa tipe CST-100 yang dikembangkan Boeing untuk Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA). Penjualan tiket wisata orbit itu dilakukan dengan menggandeng perusahaan asal Virginia, Space Adventures.
Pesawat CST-100 mampu menampung tujuh penumpang dan meluncur hingga 100 kilometer di atas permukaan tanah, kemudian terbang di sepanjang orbit rendah bumi. Boeing menargetkan pesawat ini dapat digunakan untuk berwisata mulai 2015.
Sebuah perusahaan di California, XCOR Aerospace, ternyata juga tertarik akan bisnis wisata luar angkasa. Pada Maret lalu, perusahaan milik Jeff Greason itu meluncurkan pesawat roket yang bisa terbang ke suborbit sejauh lebih dari 59 kilometer di atas bumi. Roket yang diberi nama Lynx ini berukuran sebesar pesawat jet pribadi.
Penjelajahan luar angkasa tak hanya membuka peluang usaha untuk jasa transportasi, namun juga penginapan. Seorang miliarder mengucurkan dana sampai US$ 3 miliar untuk mewujudkan ambisinya: membuat hotel luar angkasa. Rencananya, pembangunan hotel yang diberi nama "Galactic Suite Space Resort" itu rampung pada 2012.
Untuk dapat menginap di hotel ini, para tamu harus membayar 3 juta euro atau sekitar Rp 42,2 miliar per tiga malam. Sebelum terbang ke luar angkasa, para tamu juga wajib mengikuti pelatihan selama dua bulan. (fajarithienks)
0 komentar:
Posting Komentar